KEKUATAN SEBUAH KEPUTUSAN
Senin, Tanggal 15 Juli kemarin sejak pagi saya sudah membuat video di Hotel saya di Batu. Saya sempatkan membuat beberapa video karena sorenya kami berencana pulang ke Surabaya. Salah-satu video yang saya buat adalah sebuah program khusus yang membuat seseorang dalam 6 bulan mencapai penghasilan di atas 25 juta. Untuk mendukung video yang saya buat, saya membutuhkan peran teman-teman. Akhirnya saya minta mereka yang memiliki komitmen mengerjakan strategi itu untuk membuat sebuah video pendek sekitar 10 detik. Isi video adalah: "Saya . . . (namanya), membuat keputusan untuk menjalankan bla bla bla."
Sejak siang tadi, teman-teman di grup WA khusus yang saya beri nama The Warrior Gang, mengirimkan videonya masing-masing. Ada puluhan video saya terima. Satu persatu saya lihat dan tiba-tiba saja saya merasa menjadi orang paling tolol sedunia. Tidak melihat sesuatu yang sebenarnya jelas nampak di depan mata.
Selama ini saya sudah berkali-kali menyaksikan keampuhan sebuah keputusan di depan kaca. Kita bicara ke diri kita di kaca memutuskan sesuatu. Kemudian didukung tulisan, gambar maupun possibility diagram. Saya juga sudah membaca di banyak buku bahwa yang kita putuskan hanya hasil akhirnya saja, bukan prosesnya. Proses itu menjadi hak "yang diatas." Mereka yang terus-menerus terjebak di pemikiran proses (bekerja adalah proses), akan terus-menerus menjalankan proses, tanpa bisa mendapatkan hasil akhir.
Saya sudah berkali-kali mendapatkan "keajaiban." Mobil, rumah, alat panen modern (saat masih hobby bertani karena sudah jenuh menganggur) dan banyak hal lain. Semua bisa saya peroleh dari arah yang tidak pernah saya duga, dan nyaris tanpa upaya apa-apa selain menulis, menggambar dan membuka pikiran. Sehingga akhirnya jika meminta sesuatu tidak pernah lagi memikirkan "bagaimana cara yang di atas" memberi. Cukup meminta apa yang saya inginkan. Sesederhana itu.
Setelah melihat video pendek dari teman-teman, tiba-tiba terbersit di pikiran. Nilai melihat video diri kita membuat keputusan itu sama dengan kita berdiri di depan kaca dan membuat keputusan. Kelebihannya, itu bisa diulang-ulang hanya dengan menekan tombol HP. Di situlah saya merasa tolol sekali, mengapa hal seremeh ini baru terpikirkan setelah KCFS jalan 2 tahun?
Jadi, mengapa Anda tidak membuat video sendiri dengan mengatakan: "Saya, Budi memutuskan untuk mendapat penghasilan pasif 100 juta sebulan pada bulan Agustus 2023." Kemudian video itu dilihat 3X menjelang tidur dan 3X saat baru bangun tidur. Sampai Anda mendapatkan penghasilan pasif 100 juta sebulan itu. Keputusan Anda yang dilihat berulang-ulang itu (sambil berimajinasi gaya hidup kita jika sudah dapat 100 juta), akan masuk ke bawah sadar, dan Tuhan akan mencarikan jalan termudah, tercepat dan paling harmonis, dibanding kalau anda cari sendiri seperti selama ini.
Mengapa 2023? (4 tahun yang akan datang), bukan sebelumnya?
Saat ini, bahkan setelah mendengarkan ATBS maupun nanti setelah membuat keputusan, Anda masih akan berperang dengan ego Anda. Seharusnya dengan metode yang saya buat, penghasilan pasif 100 juta itu bisa dicapai dalam 3 tahun saja. Tetapi perlu waktu 1 tahun untuk memuaskan ego di mana Anda masih memilih-milih sendiri jalannya. Meskipun sebenarnya secara logika, jalan yang selama ini Anda anggap benar itu adalah jalan yang Anda peroleh saat pola pikir bawah sadar Anda belum dirubah. Jadi bisa dipastikan, itu jalan menuju arah lama, yaitu bekerja untuk hidup dan hidup untuk bekerja.
Biarlah waktu yang nanti akan membuktikannya.
Surabaya, 17 Juli 2019
Sigit Setyawadi
0 Komentar