Mental Block




MENTAL BLOCK

1. Merasa tidak mampu, atau tidak berdaya, sehingga tidak melakukan apa-apa, dan memilih untuk mengubur impiannya bahkan meskipun sebenarnya dia masih ingin meraihnya.

2. Merasa mampu, punya tekad untuk mengubah hidup, bekerja keras, melakukan berbagai strategi, namun anehnya tetap tidak berhasil. Selalu saja ada hambatan, dan sering terjadi saat apa yang dia inginkan sudah ada di depan mata, tetapi ada saja yang membuat dia gagal meraihnya. Saat kelelahan untuk meraihnya dia pun mengambil kesimpulan bahwa mungkin ini bukan jalan rejekinya, sehingga ada yang akhirnya menyerah dan meninggalkan impiannya meskipun dia masih tetap menginginkannya.


CERITA YANG TERTINGGAL DARI YOGJA

Sabtu Tanggal 14 Oktober kemarin saya ke Yogja bertemu teman-teman dan sedikit memberi "seminar" yang bahannya sudah tahu semua. Saya naik KA, sampai Stasiun Tugu jam 11 lebih. Dijemput oleh Pak Didik Sugiharto. Saat itu hujan turun cukup deras. Pak Didik agak khawatir dengan acaranya. Kasihan teman-teman yang mungkin terhalang hujan.

Saya kebetulan punya sedikit ilmu memindahkan hujan atau umumnya disebut menolak hujan. Saya katakan kepada beliau: "Tenang pak, nanti kita tolak hujannya." Beliau tertawa dan kesannya memang tidak percaya. Sama seperti saya dulu kalau ada yang mengatakan bisa menolak hujan, pasti akan saya katakan "itu nonsens, pasti cuma kebetulan."

Saya umak-umik sebentar, dan hujan yang deras tiba-tiba berhenti. Ini kebetulan yang ke sekian kali saya alami, dan selalu terjadi. Tentu atas seijin Allah.

Bukannya saya sakti, semua bisa melakukannya. Asal Anda tahan saja mengucapkannya. Kesaksian teman-teman yang pernah saya beri ini, kebanyakan mereka berhasil pada percobaan pertama.

Pikiran kita amat sangat kuat, jadi hati-hati dengan bagaimana Anda berpikir. Bagi Allah, memberi Anda tempat parkir, secangkir kopi, membatalkan hujan atau penghasilan pasif 100 juta itu prosesnya sama mudahnya. Kita saja yang menganggap bahwa mengadakan uang 1 milyar itu jauh lebih sulit dibanding 1 juta. Akhirnya Anda sendiri yang membuat kalkulasi-kalkulasi. Semakin lapar Anda akan uang, semakin sulit permintaan Anda terwujud, karena Anda sedang memancarkan getaran negatif.

Begitu juga semakin penuh isi kepala Anda dengan emosi negatif atau sampah emosi  (marah, sedih, malu dan sebagainya) akan semakin menjauh pula rejeki Anda. Emosi negatif masa lalu akan menarik emosi negatif masa depan.  Supaya Anda memiliki emosi negatif, dibuatlah kondisi kekurangan uang, bahkan sampai penumpukan hutang. Jika uang tidak menjadi masalah, maka hal lain yang akan dimunculkan, pokoknya apa saja yang membuat anda marah, sedih atau takut.

Bersihkan pikiran Anda dari sampah-sampah emosi. Prosedurnya dikenal dengan 3P. Kalau tidak salah singkatan dari Personal Peak Performance. Karena jaman saya belajar SEFT dulu namanya belum sekeren itu. Dulu hanya disebut SEFT untuk kebahagiaan, yang langkahnya:

1. Tulis 50 hal atau pengalaman yang paling membuat marah, kesal, malu, sedih atau apapun. Awalnya agak sulit, tapi mulailah ambil kertas dan ballpoint. Tulis apapun yang Anda ingat dulu, nanti kalau 1 sudah Anda tulis, selapis demi selapis akan terbuka. Semisal Anda saat remaja pernah mengalami pelecehan seksual, TULIS!! Karena ini memang untuk membersihkan emosinya. Mungkin sekarang sudah ditutupi dengan perasaan pasrah, memaafkan, tapi emosinya masih ada. Itu perlu dibersihkan.

2. Pilih 10 hal yang paling berat.

3. Lakukan SEFT pada yang 10 itu dulu. Saat tune in, bayangkan peristiwa dan perasaan Anda dulu. Kalau membuat marah ya marahlah, kalau membuat sedih ya menangislah.

4. Selesaikan yang 40 dalam beberapa hari.

5. Bakarlah kertas yang berisi rahasia terburuk Anda itu.

Jika sampah emosi negatif Anda bersih, maka hal-hal yang menambah emosi negatif Anda akan menjauh. Anda akan dibuat bebas hutang, Anda akan dibuat disukai orang dan sebagainya.

Apapun yang terjadi di sekitar kita, sebenarnya hanyalah cerminan atau pantulan dari apa yang terjadi di dalam diri kita (Hukum Kesesuaian).

Jika ingin mencari siapa biang kerok nasib Anda sekarang ini, masuk kamar dan lihat di cermin. Itulah penanggung jawab yang menyebabkan semua kejadian ini. Bukan isteri Anda, bukan tetangga Anda, bukan rentenir, bukan bank, bukan pemerintah, bukan sistem ekonomi. Tapi apa yang ada di antara 2 telinga itulah penyebabnya.

Semoga bermanfaat.

Posting Komentar

0 Komentar